Indigenous Land Boundary Dispute between Awi Clan and Afar Clan in the Abepura District, Jayapura City

Authors

  • James Yoseph Palenewen Cenderawasih University
  • Marthinus Solossa Cenderawasih University

DOI:

https://doi.org/10.59653/jplls.v1i02.126

Keywords:

Disputes, Boundary, Customary Land, Awi Clan, Afar Clan

Abstract

Land border disputes often arise both in rural and urban areas with various problems related to customary land boundaries which can trigger clashes or conflicts between groups. Knowing the things that cause disputes in customary land boundary rights between the Awi and Afar clans and to find out the obstacles and obstacles faced in resolving customary land border disputes between the two groups. The approach used in research is empirical method, namely through field research or direct observation at research locations in order to obtain clarity about the object under study. The results of this research show that the dispute between the Awi clan (in Nafri village) and the Afar clan (in Enggros-Tobati village) occurred because the Afar clan put up a land claim flag on one of the red bridge road axles, but the Awi clan disagreed because they thought the land belonged to their group. Barriers and obstacles in resolving customary land border disputes between the Awi and Afar clans are only two factors, namely internal and external.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Adrian Sutedi (2018), Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Jakarta, Sinar Grafika.

AP Parlindungan (1973). Berbagai Aspek Pelaksanaan UUPA, Bandung, Alumni.

A.Setiady et.all (1985). Hukum Tanah, Jaminan Undang-Undang Pokok Agraria Bagi Keberhasilan Pendayagunaan Tanah, Jakarta, Bina aksara.

Boedi Harsono (2003). Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria Isi dan Pelaksanaannya, Jakarta, Djambatan.

Djamanat Samosir (2013). Hukum Adat Indonesia, Medan, CV. Nuansa Aulia.

Elviriadi (2007). Sebuah Kitab Hutan Untuk Negeri Gundul Mereguk kearifan Tetua Kampar, Pekanbaru, Suska pers.

Fakultas Hukum UGM (1978). Laporan Penelitian Integrasi Hak Ulayat ke dalam Yuridiksi UUPA, Depdagri-FH UGM.

Fitriani Riska (2012). Penyelesaian sengketa lahan hutan melalui proses mediasi di Kabupaten Siak, Jurnal Ilmu Hukum Riau 3, no. 01.

Muchsin (2006). Kedudukan Tanah Ulayat Dalam Sistem Hukum Tanah Nasional, dalam Varia Peradilan Talum XXI No. 245 April 2006, Jakarta, Ikahi.

Mudakir Iskandar Syah (2019). Panduan Mengurus Sertifikat & Penyelesaian Sengketa Tanah, Jakarta, Bhuana Ilmu Populer.

Maria S.W Sumardjono (2005). Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Implementasi, Jakarta, Kompas.

Nia Kurniati (2016). Hukum Agraria Sengketa Pertanahan Penyelesaian Melalui Arbitrase Dalam Teori dan Praktik, Bandung, Refika Aditama.

Nurnaningsih, (2012). Mediasi: Aternatif Penyelesaian Sengketa di Pengadilan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.

Palenewen, JY, & Solossa, M. (2023). Penyelesaian Sengketa Tanah Melalui Hukum Adat Pada Masyarakat Adat Sentani Kabupaten Jayapura. International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding , 9 (11), 458-463.

Peraturan Menteri Negara Agrariaan /atau Kepala Badan Pertanahan Nasional nomor 5 tahun 1999 tentang pedoman penyelesaian masalah hak ulayat Masyarakat Hukum Adat. https://toolsfortransformation.net/wp-content/uploads/2017/05/Permen-Negara-Agraria-NO.5-Tahun-1999_hak-ulayat.pdf

Rusmadi Murad (1991). Penyelesaian Sengketa Hukum Atas Tanah, Alumni, Bandung, Mandar Maju.

Shadily Hasan dan John.M. Echlos (1996). Kamus Inggris Indonesia dan Indonesia Inggris, Jakarta, Penerbit Gramedia.

Sumarto (2012). “Penanganan dan Penyelesaian Konflik Pertanahan dengan Prinsip Win-Win Solution oleh Badan Pertanahan nasional RI”Disampaikan pada Diklat Direktorat Konflik Pertanahan Kemendagri RI.

Tanati, D., & Palenewen, J. Y. (2022). Penerapan Ipteks Tentang Penyelesaian Sengketa Batas Tanah Ulayat Melalui Jalur Litigasi Dan Non Litigasi Pada Masyarakat Hukum Adat Di Kampung Nendali. AMMA: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(09), 1133-1138.

Tanati, D., Rongalaha, J., & Palenewen, JY (2022). Penerapan IPTEKS Tentang Penyelesaian Sengketa Tanah Ulayat Pada Masyarakat Hukum Adat Melalui Jalur Non Litigasi Di Kampung Asei Besar Distrik Sentani Timur Kabupaten Jayapura. Jompa Abdi: Jurnal Pengabdian Masyarakat , 1 (4), 42-51.

Tanati, D. (2023). Peran Lembaga Adat Dalam Penyelesaian Sengketa Tanah Adat antara Marga Wonatorey dan Watopa di Kabupaten Waropen. International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding , 10 (3), 278-283.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-PokokAgraria. https://s3.amazonaws.com/rgidocuments/27a192a9022ef8355f318e3f18efdf3925c79c37.pdf

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. https://spi.or.id/wp-content/uploads/2014/11/UNDANG-UNDANG-No-5-Tahun-1960-1.pdf

Vollenhoven Van (1956). Ichtisar lengkap DC Indonesier en zijrt grand jilid 1 (terjemaban Soewargono). Jogjakarta, Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada.

Wingjodipoero Soerojo (1773). Pengantar adan Azaz-Azaz Hukum Adat, Bandung, Alumni.

Downloads

Published

2023-05-31

How to Cite

Palenewen, J. Y., & Solossa, M. (2023). Indigenous Land Boundary Dispute between Awi Clan and Afar Clan in the Abepura District, Jayapura City. Journal of Progressive Law and Legal Studies, 1(02), 144–150. https://doi.org/10.59653/jplls.v1i02.126

Issue

Section

Articles